Senin, 01 Oktober 2012


KERAJAAN BANTEN

  1. Awal  terbentuknya
Pada masa kerajaan Demak, tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, amarda Portugis di hancurkan oleh amarda Demak yang di pimpin oleh Fatahillah, sehingga Sunda Kelapa berganti nama menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan penuh. Setelah Sultan Trenggono wafat terjadi perebutan kekuasaan. Fatahillah memiliki seorang anak bernama Hasanudin, ia telah mengislamkan Banten, daerah Banten di serahkan oleh putranya yaitu Hasanudin. Sehingga ia menjadi raja pertama di kerajaan Banten.

  1. Letak kerajaan
        Terletak di sekitar Selat Sunda, di daerah Jawa Barat bagian Utara ( ujung Pulau Jawa, daerah Banten sekarang).

  1. Kehidupan politik
   1.Raja Hasanudin (1552-1570 M)
            Pada masa pemerintahannya ia memperluas wilayahnya sampai ke Lampung maka Kerajaan Banten merupakan penguasa tunggal jalur lalu lintas perdagangan dan pelayaran di selat Sunda. Ia kawin dengan putri Raja Indrapura, Raja Inderapura menyerahkan tanah Selebar kepadanya. Tanah Selebar merupakan penghasil lada. Pada masa ini juga banyak dikunjungi oleh saudagar-saudagar dari Persia, Gujarat, Cina, Turki, Pegu (Burma Selatan) dan Keling.
   2. Panembahan Yusuf (1570-1580 M)
            Pada masa pemerintahannya ia merebut Pakuan pada tahun 1579 M dimana dalam pertempuran tersebut raja Pakuan yang bernama Prabu Sedah tewas. Kerajaan Pajajaran yang merupakan benteng terakhir Kerajaan Hindu di Jawa Barat berhasil di kuasainya.
   3. Mulana Muhammad (1580-1596 M)
            Memiliki gelar Kajeng Ratu Banten, karena ia baru berumur 9 tahun, maka Mangkubumi menjadi wali raja dan ia yang memerintah Kerajaan Banten sampai Maulana Muhammad siap memerintah. Pada tahun 1596 M, ia menyerang Palembang, tujuannya untuk menguasai bandar-bandar yang berada di Selat Malaka agar bias di jadikan tempat untuk menyimpan lada dari Sumatra. Ia tidak berhasil dan tewas.
   4. Abu’ Mufakir (1596-1651 M)
            Anak dari Maulana Muhammad yang baru berumur 5 bulan. Ia dibantu oleh wali raja bernama Jayanegara. Akan tetapi ia sangat di pengaruhi oleh pengasuh pangeran yang bernama Nyai Emban Rangkung. Pada tahun 1596 M itu juga pertama kalinya Belanda tiba di Indonesia di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Mereka berlabuh di Banten untuk membeli rempah-rempah.
   5. Sultan Ageng Tirtayasa (1651- 1692 M)
            Ia bergelar Sultan Abu’ Ma’ali Ahmad Rahmatullah. Dibawah kekuasaannya Kerajaan Banten mencapai kejayaannya. Ia berupaya memperluas kerajaan dan mendukung Kerajaan Mataram untuk mengusir Belanda dari Batavia. Ia memajukan ktivitas perdagangan dan pelayaran di Batavia sehingga bersaing dengan Belanda di Batavia. Di samping itu ia mangadakan perampokan Balanda di Batavia,  dan perkebunan tebu  milik Belanda di barat Ciangke di rusaknya.
6.      Sultan Abdul Kahar (1971- 1692 M)
Ia bergelar Sultan Haji karena telah berangkat ke Mekkah pada tahun 1674 M dan mengunjungi Turki ia kembali dua tahun kemudian. Ia menjalin hubungan baik dengan Belanda sehingga Belanda masuk ke Kerajaan Banten. Karena melihat itu Sultan Ageng Tirtayasa yang sedang beristirahat di Tirtayasa menarik tahta Sultan Haji. Akibatnya terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengananakknya Sultan Haji yang mendapat bantuan dari Belanda sehingga Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dn di penjarakan di Batavia hingga wafat pada tahun 1692 M. Kemanangan Sultan Haji merupakan kehancuran Kerajaan Banten. Yang pada saat itu Kerajaan Banten di bawah pengawasan Belanda. Sultan Haji hanyalah sebagai lambing (Raja Boneka), karena seluruh kekuasaan diatur oleh Belanda.

  1. Kehidupan Ekonomi
Sebagai Bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Faktor-faktor pendukung berkembangnya Kerajaan Banten sebagai pusat kerajaan dan pusat perdagangan adalah:
1.      Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memiliki syarat sebagai pelabuhan yang baik.
2.      Kedudukan Banten sangat startegis karena berada di tepi Selat Sunda, karena aktivitas pelayaran dan perdagangan dri pedagang Islam semakin ramai sejak Portugis berkuasa di Malaka.
3.      Banten memiliki bahan ekspor penting yaitu lada sehingga menjadi dya tarik yang kuat bagi Negara-negara asing.
4.      Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong pedagang-pedagang mencari jalan baru di Jawa Barat di samping Cirebon.

  1. Kehidupan Sosial
Sejak Banten diislamkan oleh Fatahillah, kehidupan social masyarakat       berlandaskan ajaran atau hukum-hukum yang berlaku dalam agama Islam. Pengaruhnya dapat mengalahkan Kerajaan Hindu Pajajaran, pendukung setia Kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman yaitu ke daerah Banten Selatan. Me4r5eka di kenal sebagai suku Baduy. Kepercayaannya disebut Pasundan Kawitan artinya Pasudan yang pertama. Mereka menolak pengaruh-pengaruh baru dari luar. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, ia menerapkan system perdagangan bebas.

  1. Kehidupan Budaya
      Dalam bidang seni bangunan, Banten meninggalkan seni bangunan Masjid Agung Banten (dibangun sekitar abad ke-16), bangunan istana yang di bangun oleh Jan Lucas Cardeel (seorang Belanda pelarian yang menganut agama Islam), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar